Bulan April lalu, gue sempet nulis lumayan panjang tentang Desa Binaan. Apa itu Desa Binaan, kegiatannya ngapain aja, dimana, dan sebagainya. Nah bulan Agustus lalu, tepatnya 15-18 Agustus 2015, kita (HIMATIKA) mengadakan lagi kunjungan ketiga yang tujuannya adalah untuk memeriahkan kegiatan 17an di Desa Wargajaya. Untuk kunjungan kali ini, nggak banyak kegiatan yang kita lakukan seperti kunjungan-kunjungan sebelumnya, cuma fokus untuk kegiatan 17 Agustusan aja.
Halo halo! This annoying creature was turning 20 on the last Sunday, people. Yuhuuu~ Gue officially berkepala 2. Umur yang katanya menuntut kita untuk lebih dewasa, lebih wise dalam menghadapi segala sesuatunya, yang masa-masa menuju hidup sebenarnya terjadi di sini, atau ada juga yang bilang kalau 20 is the gate of a young adult to be generally a person. Yang kita sama-sama lihat selama ini, di kepala 2 biasanya orang-orang lulus kuliah, kerja, nikah, bahkan punya anak. Well, mari sama-sama kita ucapkan bismillah.
Tahun lalu, gue sempet cerita sedikit tentang ulang tahun ke-19 yang feelnya lebih ke simple yet unpredictable. Nah kalau ulang tahun yang ke-20 ini masih sama simplenya, tapi lebih hangat dan touchy aja menurut gue. Pagi-pagi terbangun dengan nyanyian happy birthday dari keluarga terdekat yang datang berbondong-bondong dengan nasi kuningnya dan cake lengkap dengan lilin angka 20. Sepanjang hari dapat ucapan dan doa dari temen-temen lewat berbagai media sosial. Ada yang sekedar ngucapin selamat ulang tahun, ada yang upload foto aib, kirim video, kirim voice note, video call, dan sebagainya. I thank you guys for all the wishes and pray.
Dari semua itu, ada dua hal yang paling touchy dan membahagiakan (semuanya bikin bahagia, tapi kalau yang ini paling bikin bahagia). Dari jauh-jauh hari, gue udah selalu kodein temen-temen kelas untuk kasih gue surprise dan surprisenya nggak mau digabung sama yang ulang tahunnya deketan (emang kurangajar). Di hari H, gue udah positive thinking aja sih alias kepedean kalau mereka bakal ke rumah. Ya iyalah, orang yang ulang tahunnya beberapa hari sebelum gue aja kita datengin ke rumah, masa gue yang rumahnya deket malah enggak. (Minta dijitak). Eh bener aja, taunya malem-malem ada yang whatsapp bilang kalau mereka ada di depan rumah. Gue sih iya iya aja sambil dengan santainya bilang, "Yaudah panggil aja, ntar juga nyokap gue keluar." Padahal masa iya mau kasih surprise tapi bilang-bilang. Sampe akhirnya karena saking bawelnya bilang kalau mereka ada di depan rumah, keluar lah gue dengan muka santai-santai sumringah. Ternyata apa? Nggak ada. Ya masuk lagi lah gue ke rumah. Setiap ada yang whatsapp apapun gue diemin aja, suruh keluar rumah juga diemin aja. Eh nggak taunya, tiba-tiba.. DUAR!! Ada suara balon pecah, sodara-sodara. Bunyinya sih nggak beneran duar gitu, ya selayaknya bunyi balon pecah aja. Yang artinya apa? Fail dong surprisenya, ketauan. Terus dibukain dong pintunya sama ibu gue sambil ketawa-tawa dan bilang, "Yah pecah ya balonnya. Maaf ya." Lah kenapa juga ya minta maaf. Tapi nggak apa-apa, all the (hard) work paid off kok guys. Gue seneng banget kalian dateng, seseneng itu. Soalnya kalau kata quotes di google, Time is your most precious gift because you only have a set amount of it. When you give someone your time, you are giving them a portion of your life that you'll never get back. That's why the greatest gift you can give someone is your time. Terima kasih ya untuk waktunya.
Nah, yang terakhir ini adalah yang tersayang. Yang diem-diem udah menyiapkan ucapannya lewat kata-kata yang mengharukan. I had been waited for her new post on blog since she never wrote anything there. Kalau ada yang udah baca postingan gue beberapa waktu lalu, dimana gue pernah ngasih link ini yang isinya adalah tulisan dia tentang gue, now I present you this link with my proud and biggest smile. Kalimatnya yang menurut gue paling manis adalah "Thank you for your kind and amazing love that make me believe bestfriend is real". Huaa.. Thank you Ca for being you. Cliche but true. Thank you, my unbiological sister.
Last but not least, gue nggak bisa kasih apa-apa. Semoga nanti Allah yang balas kebaikan kalian ya. Oh ya, kalau tahun lalu doanya dapet HP baru dan Alhamdulillah udah terwujud, kali ini doanya yang pasti semoga gue bisa jadi individu yang lebih baik lagi, yang bahagia selalu, yang nggak gampang emosi, dan semakin banyak pencapaian yang terwujud selama setahun ke depan. Aamiin.
Bukan, ini bukan ulasan tentang lagunya Jennifer Lopez feat. Pitbull yang sempet hitz beberapa tahun silam. Melainkan tentang sebuah pencapaian baru yang akhirnya bisa diraih sebelum menapaki umur berkepala 2. Bukan bener-bener baru sih, cuma mengulang yang sempat vakum setelah sekian lama aja. Dan bukan juga harus banget diraih sebelum umur 20 sih, cuma biar kesannya lebih asoy aja.
So happy to finally back!
Tanggal 7 Mei 2015 kemarin, gue dan 6 orang teman lainnya dapat kesempatan untuk tampil menarikan Tari Zapin di acara pembukaan Milad FST (ulang tahun fakultas gue, Fakultas Sains dan Teknologi). Buat gue, ini pastinya momen yang wow bangetlah. Gimana nggak wow, setelah kurang lebih 10 tahun nggak nari tradisional, ternyata gue masih bisa ngikutin alur tariannya dan dipilih untuk tampil di opening dengan waktu latihan yang lumayan singkat.
Dulu waktu SD gue sempet ikutan ekskul tari dan seneng banget yang namanya tari tradisional. Sampe akhirnya di kelas 5 gue mulai bosen dan lebih milih untuk les renang aja (loh.. beloknya lumayan jauh). Semenjak itu, gue nggak pernah lagi tertarik sama yang namanya tari tradisional, buat gue itu udah ngebosenin aja (songong banget ya haha). Masuk SMA, gue mulai mengenal yang namanya cheerleading. Kata orang cheers itu nyeremin, kurang kerjaan, nggak kece, dan lain-lain. Tapi buat gue cheers itu luar biasa memukau. Sejak gue tau apa itu cheers, tepatnya saat demo ekskul, gue langsung jatuh hati dan langsung milih cheers untuk jadi ekskul yang akan gue ikuti. Nah, di cheers inilah gue mulai berdamai lagi sama yang namanya nari. Meskipun narinya bukan nari tradisional dan partnya cuma sepersekian dari cheersnya itu sendiri secara keseluruhan, tapi gue menikmati betul setiap tarian yang pelatih gue ajarkan. Apalagi kalo udah ada koreo baru. Sayangnya, setelah melalui 3 tahun pendidikan SMA, berlalulah juga kegiatan per-cheerleading-an itu.
Di tahun 2015 ini, divisi seni DEMA FST (yang diketuai oleh gue sendiri dan ketua departemennya kak Dini kece) membentuk sanggar tari tradisional fakultas yang bernama Srikandi. Awalnya gue ogah ikutan dan cuma pengen handle ini itu kalo dibutuhkan, tapi ngeliatin yang lain pada latihan kayaknya seru banget. Sampe akhirnya di salah satu pertemuan, iseng-isenglah gue ikutan. Eh kok ya malah keenakan dan keterusan latihan sampe sekarang. Selain karena gue anggap ini sebagai pengganti olahraga yang sama-sama bikin keringetan, 10 tahun ternyata bikin gue jadi kangen lagi.
Kunjungan yang pertama ini dimulai dari tanggal 17 Januari 2015. Hari itu sejak dini hari, seluruh panitia berkumpul di titik kumpul yang udah ditentukan, yaitu di depan Sevel samping kampus UIN. Transportasi menuju desa udah ditentukan dari hari sebelumnya dan gue dapet kesempatan untuk naik mobil. Awalnya seneng sih mengingat katanya jarak dari UIN ke desa cukup jauh. Tapi setelah masuk daerah dekat Desa Wargajaya yang jalannya naik turun nggak karuan, eh akika jackpot sis tiba-tiba di jalan. Nggak tau mungkin karena belum makan dan jalanannya nggak stabil kali ya, ditambah lagi gue duduknya di paling belakang juga. Alhasil di saat orang-orang dateng bawa bekal cemilan, gue malah bawa kantong plastik isi muntah hehe. Sampai di desa, semua panitia kumpul dan menurunkan barang ke kantor desa, tempat dimana kita akan menginap selama 4 hari 3 malam. Belum sempat beberes, kita semua udah dikejar waktu untuk mengajar di sekolah-sekolah yang udah ditentukan. Gue dan beberapa teman lain dapat kesempatan untuk mengajar adik-adik kelas 4-6 SDN Sirnajaya. Perlu digaris bawahi bahwa ini adalah kegiatan mengajar pertama di depan kelas yang gue lakukan semasa hidup. Dari dulu selalu merasa gue ini nggak bisa ngajar karena dasarnya memang suka nggak sabaran. Tapi setelah dicoba ternyata seru! Meskipun rada jengkel juga sih kalau liat anak yang disuruh dengerin malah ngobrol atau main sendiri (nggak sadar kalo sendirinya juga suka gitu di kelas). Selain belajar matematika, adik-adik SDN Sirnajaya juga kita ajak main game Indonesia Pintar yang kayak di SCTV itu. Super seru dan bikin geregetan!
Belajar dan bermain kita lakukan kurang lebih selama 2 jam di dalam kelas. Setelah itu, adik-adik diperbolehkan pulang ke rumahnya masing-masing. Seneng dan agak kaget rasanya waktu mereka cium tangan kita sebelum keluar kelas. Literally dicium pakai bibir atau paling enggak pakai hidung. Jarang atau bahkan kayaknya nggak ada yang sekedar tangannya ditempel di pipi. Yang bikin makin seneng lagi adalah saat perjalanan pulang ke kantor desa. Adik-adik ini ternyata kalau pergi dan pulang sekolah jarang banget ada yang dijemput. Kebanyakan dari mereka jalan kaki, bahkan banyak yang rumahnya ada di daerah atas, jadi mereka pulangnya bener-bener harus nanjak. Sementara kita para pengajar didrop naik motor. Kalau kita pas lagi melewati mereka jalan, mereka langsung melambaikan tangan ke kita sambil beberapa diantaranya teriak, "Dadaaaah kakak.." Hihi seru deh. Sesampainya di kantor desa, kita langsung bersih-bersih dan beberes barang bawaan masing-masing.
Di hari kedua, kita semua mengawali hari dengan senam bersama di depan kantor desa. Ibu-ibu dan bapak-bapak desa setempat juga beberapa ada yang hadir mengikuti rangkaian acara yang udah kita persiapkan. Senamnya ya senam apalagi kalau bukan senam paling hits seantero jagad raya, yaitu senam Goyang Dumang! Eh bukan deng, itu sih maunya gue aja. Tapi takut senonoh, jadinya senam poco-poco aja deh. Gue, Ayu, dan Icyn sampe latihan dulu dari sehari sebelumnya di kantor desa untuk bisa mimpin poco-poco di Minggu pagi, biar goyangnya makin hits.
Kelar senam, beberapa panitia berpencar. Ada yang kerja bakti membersihkan daerah sekitar kantor desa dan sepanjang jalan menuju mushola, ada juga yang ke hutan pinus. Gue adalah salah satu panitia yang ikut ke hutan pinus untuk peletakan batu pertama. Ya, selain mengajar, kegiatan kita di desa adalah membangun tugu perbatasan desa yang nantinya akan ditandatangani oleh ketua HIMATIKA.
Oleh karena hari kedua jatuh di hari Minggu, udah pasti kegiatan mengajar ditiadakan, jadi banyak waktu luang yang kita punya untuk mengisi hari. Saat masuk waktunya solat Maghrib, beberapa dari panitia bergegas menuju mushola untuk melanjutkan rangkaian kegiatan kita di desa, yaitu pengajian anak-anak. Sayangnya gue bukan salah satu dari panitia yang ikut serta dalam pengajian. Di hari kedua tiba-tiba gue sakit. Badan menggigil dan hidung kalau nggak mampet ya meler. Alhasil malam itu gue cuma selimutan aja sampe ada yang berbaik hati menawarkan gue tidur di ruang kerja kepala desa yang ada sofanya, sementara yang lain tetap tidur di lantai beralaskan karpet.
Di hari ketiga, Alhamdulillah kondisi gue mulai membaik meskipun hidung masih meler dan kepala masih agak berat. Di hari itu, gue dan beberapa teman lain dapat kesempatan untuk mengajar lagi di salah satu madrasah ibtidaiyah yang sebenernya gue lupa namanya apa, entah MI Al-Khoiriyah atau MI Jamiatulkhoir. Adik-adik yang kita ajar di sana adalah kelas 1 dan 2 yang masih polos dan lucu, yang bikin geregetan tapi super seru. Yang nggak enaknya adalah karena saat itu hidung gue masih meler jadi ngajarinnya nggak sebebas sebelumnya, takut mereka jadi ketularan juga kalau terlalu deket. Selesai mengajar, seperti biasa ada beberapa panitia yang kontrol pembangunan tugu. Kalau gue yang pasti lebih memilih untuk istirahat aja di kantor desa.
Malamnya kita bakar-bakar kantor desa. Enggak deng jayus. Kita bakar-bakar jagung dong di depan kantor desa. Kita dikasih jagung sama Pak Awan. Pak Awan itu kalau nggak salah adalah sekretaris Desa Wargajaya yang dari awal banyak membantu kegiatan kita di sana. Jagung yang dikasih pun nggak sedikit, malahan sampe nggak habis dan beberapa nggak ikutan dibakar saking banyaknya. Bakar-bakar jagung makin syahdu dengan diiringi gitar dan nyanyian nggak jelas, serta yang pasti ditambah sedikit foto-foto narsis.
Hari terakhir kunjungan kita ke desa pun akhirnya tiba. Di hari itu, gue dan beberapa teman lain masih melanjutkan mengajar di SDN Sirnajaya. Kalau di hari pertama kita mengajar kelas 4-6, kali ini kita mengajar kelas 1-3 yang dibagi setiap kelasnya. Kalau nggak salah, gue kedapetan mengajar yang kelas 2. Sama seperti sekolah sebelumnya. Udah pasti ditemukan adik-adik dengan kemampuan yang beragam, ada beberapa yang udah mahir menghitung, ada pula yang masih harus selalu dibantu. Yang pasti nggak kalah seru dibanding sekolah-sekolah sebelumnya. Apalagi di hari keempat ini kondisi gue udah sangat membaik. Jadi nggak perlu jaga jarak lagi sama adik-adik yang diajar.
Nah, di hari terakhir juga, Alhamdulillah tugu perbatasan udah selesai dibangun, tinggal proses pengecatan aja yang belum. Siangnya, kita beres-beres barang bawaan dan nggak lupa foto-foto dulu di depan kantor desa sebelum pulang. Belajar dari pengalaman waktu berangkat, untuk pulang ini gue lebih memilih untuk dibonceng naik motor aja karena saat itu kondisinya juga habis makan kenyang. Daripada nanti jackpot lagi. Jadi gue lebih memilih untuk cari aman sambil ngerasain juga gimana rasanya naik motor dari Desa Wargajaya ke UIN. Dan emang beda sih rasanya. Kalau naik motor suasana pedesaannya lebih terasa. Azek.
Salah satu motor yang nggak kuat nanjak karena tanjakan di sana curam |
Foto terakhir ini adalah foto sebelum kita kembali ke UIN. Perjalanan kurang lebih sekitar 2-3 jam. Kita semua pulang dengan perbekalan pengalaman yang luar biasa. Semoga yang kita lakukan selama 4 hari di sana dapat bermanfaat untuk Desa Wargajaya.
Tepatnya Sabtu, 27 Desember 2014 sore, tiba-tiba gue ditelfon salah satu teman sekaligus rekan kerja bapak. Kebetulan saat itu gue lagi mandi dan nggak tau kalau ada telfon. Setelah mandi gue ngecek HP ternyata ada SMS dari beliau yang isinya informasi bahwa bapak sakit. Hari itu bapak lagi di Bandung untuk ngisi acara sebagai motivator. Entah kenapa perasaan gue emang udah rada nggak enak sih setelah baca SMS itu karena kalau dipikir-pikir kayaknya kalau sakitnya cuma sekedar pusing atau sakit yang nggak terlalu berat keluarga nggak akan sampe ditelfon. Singkat cerita, dengan berbagai pertimbangan, kurang lebih setelah Maghrib, bapak langsung dibawa ke RS Fatmawati Jakarta diantar dengan beberapa temannya pakai mobil. Jam 8 malam setelah dapet telfon bahwa bapak udah sampe, ibu dan sepupu gue langsung meluncur ke rumah sakit. Sekitar 1-2 jam kemudian, gue, kakak gue dan pacarnya nyusul ke rumah sakit dengan perbekalan baju bapak yang lumayan banyak. Setelah gue dan yang lain sampe di rumah sakit, bapak ternyata udah dimasukin ke UGD dengan kondisi yang memang ngedrop banget. Yang gue tau, di UGD bapak sempet dites fungsi anggota tubuhnya dan ternyata yang bagian kirinya nggak bekerja. Saat itulah bapak dinyatakan terserang stroke ringan.
Hari Minggunya, waktu gue balik ke rumah sakit, bapak udah dipindah ke ruang IGD (kalau nggak salah) dan sekitar jam 10an bapak dipindah lagi ke ruang high care gedung teratai karena stroke unitnya penuh. Fyi, ruang high care adalah ruangan yang di dalamnya ada susternya. Tingkatannya itu di bawah IGD, tapi di atas ruang inap. Jadi dia nggak seintens IGD tapi lebih intens daripada ruang rawat inap. CMIIW. Di ruang high care, pasien nggak boleh ditunggu kecuali di jam besuk yang otomatis bikin bapak rewel terus karena bapak nggak mau sendirian, maunya selalu ada ibu. Jadi ibu sering masuk sebentar untuk sekedar nyuapin atau duduk aja di sebelah bapak. Tapi sering juga diusir halus sama susternya karena kelamaan. Di ruang ini, bapak lumayan stres juga. Tensinya sempet naik sampe 216 per berapa gitu lupa. Selain karena nggak boleh selalu ditemenin, di sini juga menurut bapak terlalu berisik. Dalam satu ruangan ini kira-kira ada 6 pasien yang beberapa kena stroke juga. Nah suara-suara pasien lain itulah yang menurut bapak bikin suasananya jadi nggak kondusif. Ditambah lagi ada suara alat pengukur jantung dan tensi yang selalu nyala setiap saat yang bikin bapak nggak bisa tidur.
Hari Minggunya, waktu gue balik ke rumah sakit, bapak udah dipindah ke ruang IGD (kalau nggak salah) dan sekitar jam 10an bapak dipindah lagi ke ruang high care gedung teratai karena stroke unitnya penuh. Fyi, ruang high care adalah ruangan yang di dalamnya ada susternya. Tingkatannya itu di bawah IGD, tapi di atas ruang inap. Jadi dia nggak seintens IGD tapi lebih intens daripada ruang rawat inap. CMIIW. Di ruang high care, pasien nggak boleh ditunggu kecuali di jam besuk yang otomatis bikin bapak rewel terus karena bapak nggak mau sendirian, maunya selalu ada ibu. Jadi ibu sering masuk sebentar untuk sekedar nyuapin atau duduk aja di sebelah bapak. Tapi sering juga diusir halus sama susternya karena kelamaan. Di ruang ini, bapak lumayan stres juga. Tensinya sempet naik sampe 216 per berapa gitu lupa. Selain karena nggak boleh selalu ditemenin, di sini juga menurut bapak terlalu berisik. Dalam satu ruangan ini kira-kira ada 6 pasien yang beberapa kena stroke juga. Nah suara-suara pasien lain itulah yang menurut bapak bikin suasananya jadi nggak kondusif. Ditambah lagi ada suara alat pengukur jantung dan tensi yang selalu nyala setiap saat yang bikin bapak nggak bisa tidur.
Anyway, berhubung yang jaga nggak boleh nunggu di dalam kamar, di sana ternyata udah disiapin juga ruang tunggu untuk istirahat bagi si penjaganya. Ruang tunggunya masih di lantai yang sama dengan ruang high care. Penampakannya persis kayak pengungsian gitu deh. Pada gelar tiker, bawa bantal, selimut, termos, piring dan peralatan dapur lainnya.
Singkat cerita, setelah berkali-kali ngeluh nggak kondusif dan berkali-kali juga minta pindah, akhirnya hari Jumat, 2 Januari 2015 setelah jam sholat jumat, bapak pindah ke ruang rawat inap paviliun anggrek. Sebelum pindah, bapak sempet di erapi dulu sama terapis dari rumah sakit. Terapi pertama ini bapak masih lemah banget fungsi anggota tubuhnya. Duduk pun masih oleng. Tapi tetep semangat dong terapinya, soalnya udah kebayang-bayang bakalan pindah setelah itu. Nah setelah di ruang yang baru, semua lebih tenang dan senang. Sekamar isinya ya cuma bapak aja pasiennya. Kita penjaganya juga yang pasti boleh nunggu di dalam kamar plus bisa duduk-duduk santai di teras belakangnya. Bapak juga bisa nonton TV, jadi nggak jenuh-jenuh banget. Tapiiii.. itu semua hanyalah kesenangan sesaat. Mau di manapun ruangannya, tetep aja bapak selalu pengen pindah. Kalau kemarin maunya pindah ke ruangan yang lebih kondusif, sekarang maunya pindah ke rumah alias pulang. Setiap hari pasti selalu minta pulang. Ya kita bisa apa kalau ternyata kondisinya memang belum memungkinkan untuk bisa pulang.
Singkat cerita lagi, karena pasiennya rewel aja minta pindah ke rumah dan kata dokter kondisinya udah berangsur membaik, hari Jumat, 9 Januari 2015 akhirnya bapak diperbolehkan untuk pulang. Setelah bapak pulang, kondisi rumah rasanya jadi 180 derajat berubah dari sebelum bapak sakit. Bayangin aja dari yang tadinya kita sekeluarga jarang ngumpul di rumah, sekarang sebisa mungkin kalau nggak ada kegiatan ya di rumah aja karena bapak belum bisa ditinggal sendiri sampe saat sekarang gue nulis ini. Untuk pindah dari tempat tidur ke kursi roda pun masih harus dibopong. Yang paling diutamakan kehadirannya hingga saat ini sih selalu kakak gue. Pokoknya kakak gue pergi sebentar aja pasti langsung dicariin sama bapak. Menurut bapak, yang bisa selalu bantu bapak adalah kakak gue itu, karena dia laki-laki. Kalau gue ya jadi pemeran pembantu ibu dan kakak gue aja selagi dibutuhkan. Hmm.. so far sih kondisi bapak berangsur makin membaik. Sekarang udah mulai ada tenaganya untuk sekedar bangkit dari posisi tiduran ke duduk meskipun hanya dengan topangan tangan kanan. Untuk tangan dan kaki kiri masih belum bisa gerak sendiri. Tapi untuk kaki kirinya sendiri Alhamdulillah kadang kalau ada apa-apa suka reflek bergerak. Udah mulai bisa ngerasain kalau kakinya dipukul. Semoga dengan rajin terapi dan tentunya semangat untuk sembuh dari dirinya dan orang-orang terdekat, bapak bisa kembali beraktifitas seperti sedia kala. Aamiin.
YEAH SO HAPPY TO FINALLY BACK HERE! I honestly a little bit disappoint myself for not blogging on December. You know I even start my 2015 first post today. Untuk cari waktu kapan bisa duduk manis depan komputer dan mulai nulis sekedar satu postingan aja kayaknya susah banget belakangan ini (sok sibuk mode: on). Ya, sebelum mengulas sedikit tentang 2014, ada baiknya gue buka dengan mengucapkan:
SELAMAT TAHUN BARU 2015
Another new year, new spirit, new hope, dan new new lainnya.
Mengingat dengan apa yang pernah gue tulis di postingan 2 tahun lalu yang berjudul A New Beginning, bahwasannya gue akan mulai rajin menulis di blog ini dengan tujuan untuk lebih mengingat apa aja sih yang selama ini gue lakukan atau konteksnya di sini lebih ke pencapaian apa yang diraih selama setahun belakangan. Maka dari itu, meskipun hari gini baru bisa nulis tulisan baru di sini, bikin kaleidoskop tetep fardhu 'ain dong hukumnya. Untuk kaleidoskop yang kedua ini, (sebelumnya yang pertama Kaleidoskop 2013) gue mau mengulas hal-hal yang agak lebih spesifik, termasuk hal-hal yang sebenernya nggak terlalu penting sih untuk ditulis. Tapi mau gue tulis aja biar seneng.
1. Belajar suka baca
Gue ini bukan tipe orang yang hobi banget baca buku, yang kalo baca sebentar aja langsung ngantuk. Nah awal tahun ini sempet nemuin buku yang berjudul The Way of Youth. Gue suka banget bukunya dan dari buku ini gue paksakan diri gue untuk suka baca. Tapi kan kalau baru mulai maksain suka baca hari gini kayaknya rada telat ya. Jadi gue coba dari buku yang memang gue suka dulu dan nggak terlalu berat. Yang penting isinya mudah dipahami.
2. Ikut SBMPTN lagi
Karena masih pengen banget kuliah psikologi, dengan segala pertimbangan akhirnya gue memberanikan diri buat ikut SBMPTN 2014, which is yang kedua buat gue. Tapi sayangnya nggak keterima dan sepertinya nggak berniat untuk ikut lagi tahun depan. (SBMPTN 2014)
3. Jadi MC untuk pertama kalinya
Selain nyanyi di depan umum, HIMATIKA juga menjadi wadah gue untuk bisa belajar jadi MC. Bukan diajarin sih tapi dikasih kesempatan. Gue ngemsih bareng Alfi di salah satu prokernya HIMATIKA yaitu Training Organization. Ya kalo dibandingin sama Alfi da aku mah apa atuh. Tapi first experience kayak gini harus banget diulas di kaleidoskop dong pastinja!
4. Jadi ketua It's Art
Kyaaa... kalau yang ini sih kayaknya kepedean banget sampe ditulis di sini. Tapi kalau inget tujuan awal nulis kaleidoskop, ya pasti banget ini harus ditulis juga lah. Jadi begini ceritanya. HIMATIKA punya proker tahunan yang namanya Parsial. Kalo gampangnya sih ya semacam cup gitu deh kayak yang suka diadain di SMA. Ada futsal, olimpiade, try out, dll. Nah salah kontennya adalah It's Art. It's Art ini adalah perlombangan yang berbau seni. Sedihnya, tahun lalu (di Parsial yang pertama) It's Art nggak berjalan alias nggak jadi diadakan karena satu dan lain hal. Jadi tugas gue tahun ini cukup berat. Gue harus bisa membuat si It's Art ini berjalan sesuai dengan rencana tanpa kiblat yang bisa gue contoh. Rencananya Parsial akan diadakan di bulan Maret 2015. Doa gue yang pasti semoga semua konten di Parsial bisa berjalan dengan lancar dan yang pasti konten It's Art bisa terealisasikan.
5. Keterima DEMA fakultas
Dari semester 1 sebenernya gue pengen banget ikutan DEMA (atau kalau di univ lain lebih dikenal dengan sebutan BEM). Tapi berhubung waktu semester awal gue masih kepikiran untuk pindah, jadi gue urungkan dulu niatan buat gabung ke organisasi fakultas. Nah di semester 3 ini, tekad gue udah bulat banget nih untuk beneran daftar DEMA dan Alhamdulillah banget keterima. Yang bikin shock adalah gue dipercaya untuk menjabat sebagai ketua bidang seni. Men, ketua bidang! Speechless. Tapi semoga aja ini justru bisa bikin gue makin semangat dan bertanggung jawab di DEMA. Yang penting adalah semoga gue bisa menjaga amanah dengan baik supaya nggak mengecewakan orang lain dan tentunya diri sendiri.
Anyway sejujurnya nggak tau kenapa gue nggak terlalu excited sama tahun baruan kali ini. Entah karena pada saat itu bapak lagi dirawat di rumah sakit atau karena hal lain, tapi menyambut 2015 ini emang nggak se-excited tahun-tahun sebelumnya. Tapi gue nggak bisa bohong sih bahwa tahun baruan di rumah sakit itu adalah hal yang cukup menyedihkan. Tidur di ruang tunggu rumah sakit sambil dengerin suara petasan, sepi, mata sepet, dan nggak ada temen. Sedih juga. But ya, selalu dan selalu, setiap tahun pasti meninggalkan pelajaran dan pengalaman tersendiri, baik itu menyenangkan maupun menyedihkan. Semoga 2015 bisa memberikan pelajaran yang lebih banyak dan berharga, dan tentunya bisa dikenang selalu.