Some people are too complicated. Speak and act as if they know everything. Nggak punya suka dianggap nggak ngerti. Yang nggak terlihat suka dianggap nggak pernah ada. I used to think that we live to please others. Tapi ternyata itu aja nggak cukup. We need to please ourselves too! Sometimes I'm curious on how people positioning me among them.
Sekitar sebulanan yang lalu, gue ke Bintaro Plaza tapi lupa ngapain aja. Yang gue inget adalah gue nemenin temen ke bazaar Gramedia gitu yang letaknya ada di parkiran mall. Lumayan banyak sih bukunya. Kebanyakan adalah buku-buku baru yang masih terplastik rapi tapi dijual dengan harga yang jauh lebih murah dari biasanya. Di sana gue menemukan sebuah buku apik yang waktu baca judulnya aja gue udah tertarik. Setelah baca sinopsisnya gue lebih tertarik dan setelah liat harganya... gue makin tertarik lagi. Judulnya The Way of Youth karya Daisaku Ikeda. Buku ini hampir selalu bikin gue bilang, "Ah ini mah gue banget!" atau bahkan, "Ih ini sih kayak si ini banget!" pas gue baca. Mungkin isi buku ini rada klise buat beberapa orang. Tapi karena gue pribadi ngerasa kayak ini buku tuh gue banget, so there's no reason not to love this book!
Buku ini membuka mata gue bahwa gue itu nggak sendiri. Gue bukan satu-satunya orang yang merasa insecure dan sulit menghargai diri sendiri. Bukan juga satu-satunya orang yang merasa hidup itu terlalu complicated, semata-mata karena gue bingung harus mengikuti keinginan pribadi atau orang tua. Dan lain sebagainya sampai urusan persahabatan bahkan cinta.
Bab awal bicara tentang keluarga. Gue seneng banget waktu baca pembahasan tentang orang tua yang tidak kaya. Gue sering banget ngerasa kekurangan. Terutama saat lingkungan dan zaman memaksa gue untuk bisa ikut andil di dalamnya. Atau gue kadang bisa dengan gampangnya iri sama keluarga yang punya banyak quality time. Kadang suka tiba-tiba benci dan ungrateful aja sama apa yang Allah kasih. Tapi setelah baca buku ini, gue pun mengiyakan sebuah statement yang bilang kalau seperti apapun mereka ya itu tetep orang tua lo. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, peraturannya, dan dengan segala usahanya. Kalau mereka nggak ada, lo nggak bakal hidup. Atau sebuah statement yang bilang kalau hanya dengan mengalami kesulitan, kita baru bisa menjadi orang yang mengerti perasaan orang lain. Mungkin kalau gue hidup berkecukupan, gue nggak akan ngerasain gimana susah dan capeknya kerja atau bahkan sekedar nabung untuk beli sesuatu. Mungkin juga gue nggak akan bisa ngerasain gimana susahnya orang-orang di luar sana untuk sekedar makan atau bayar kuliah. Gue akan selalu minta ini itu sama orang tua sampe gue lupa buat usaha sendiri. Semua kesulitan yang ada justru bikin gue sadar bahwa untuk survive itu emang nggak mudah. Pada akhirnya gue tetep harus bersyukur karena Allah pilih gue untuk belajar survive dari sekarang.
Selanjutnya tentang persahabatan. Kita emang nggak bisa milih kita mau lahir di keluarga yang seperti apa, tapi kita bisa milih dengan siapa kita mau berteman dan bersahabat. Dan ternyata buku ini pun mengutarakan statement yang sama. Nyari temen bahkan sahabat yang tepat dan bisa ngertiin kita apa adanya itu susah. Kita nggak bisa baca isi hati orang lain. Hati manusia terlalu rumit. Orang selalu berubah. Makanya jangan heran kalau ada persahabatan yang kandas di tengah jalan. Bukan lo yang salah, bukan sahabat lo juga yang salah. Tapi mungkin salah satu di antara lo berubah dan nggak siap untuk terima perubahan satu sama lain. Akhirnya lebih memilih untuk cari lingkungan baru yang bisa terima perubahan itu. Yang penting intinya satu sih. Tulus. Sepanjang lo memperhatikan orang lain dengan tulus, maka pada suatu hari hati lo bisa membuat mereka mendengar lo.
Lanjut soal cinta nih. Jadi ada kalimat yang bikin gue jadi woles banget setelah baca itu. Ada saat tersendiri untuk masing-masing hal di dalam kehidupan. Ada saatnya muda, saatnya memasuki dunia dewasa, saatnya hamil, punya anak, dan seterusnya. Bergerak maju selangkah demi selangkah ke dalam setiap tahap itu sesuai dengan kewajaran. Sabi lah buat yang udah ngebet banget buat punya pacar terus nikah. Tenang, semua ada waktunya. Nikmatin aja setiap perjalanannya. Nggak bakal keulang lagi. Allah selalu melihat kesiapan lo. Kalau sampe saat ini lo nggak punya pacar, ya udah mungkin pacar atau bahkan jodoh lo lagi dipersiapkan. Nggak dikasih sekarang supaya mungkin lo nggak pusing-pusing mikirin sakit hati dan lain sebagainya dulu. Atau mungkin lo lagi ditempatkan di zona indah Tuhan supaya lo nggak didekatkan dengan hal-hal yang bisa membawa lo kepada kemaksiatan. Ahaydeu.
Lanjut soal cinta nih. Jadi ada kalimat yang bikin gue jadi woles banget setelah baca itu. Ada saat tersendiri untuk masing-masing hal di dalam kehidupan. Ada saatnya muda, saatnya memasuki dunia dewasa, saatnya hamil, punya anak, dan seterusnya. Bergerak maju selangkah demi selangkah ke dalam setiap tahap itu sesuai dengan kewajaran. Sabi lah buat yang udah ngebet banget buat punya pacar terus nikah. Tenang, semua ada waktunya. Nikmatin aja setiap perjalanannya. Nggak bakal keulang lagi. Allah selalu melihat kesiapan lo. Kalau sampe saat ini lo nggak punya pacar, ya udah mungkin pacar atau bahkan jodoh lo lagi dipersiapkan. Nggak dikasih sekarang supaya mungkin lo nggak pusing-pusing mikirin sakit hati dan lain sebagainya dulu. Atau mungkin lo lagi ditempatkan di zona indah Tuhan supaya lo nggak didekatkan dengan hal-hal yang bisa membawa lo kepada kemaksiatan. Ahaydeu.
Masih banyak chapter-chapter berikutnya yang isinya juga nggak kalah oke dari chapter awal. Berhubung terlalu banyak, gue mau menyatukan kalimat-kalimat ciamik yang gue stabiloin aja di buku ini. Setelah gue satukan, isinya kira-kira gini:
Sebagai musim pertumbuhan, masa muda itu adalah saat yang baik untuk kebahagiaan dan kesengsaraan yang besar. Penuh dengan segala macam persoalan dan kecemasan. Tapi masa muda bukanlah saat untuk merasa pesimis atau kasihan pada diri sendiri. Setiap penderitaan yang kita alami justru yang akan membuat kita bisa bertumbuh kuat dan jadi orang dewasa yang dimampukan. Jangan lupa untuk utamakan kepribadian. Kepribadian itu seperti sungai. Pada suatu saat, tepiannya jelas terlihat. Kepribadian adalah bahan dari hidup dan cara hidup menentukan kebahagiaan. Suka atau tidaknya orang lain terhadap kita juga berbanding lurus dengan gimana kepribadian kita. Inget, sekali kita terjun ke masyarakat, nggak akan ada banyak orang yang akan begitu jujur.
Sebagai musim pertumbuhan, masa muda itu adalah saat yang baik untuk kebahagiaan dan kesengsaraan yang besar. Penuh dengan segala macam persoalan dan kecemasan. Tapi masa muda bukanlah saat untuk merasa pesimis atau kasihan pada diri sendiri. Setiap penderitaan yang kita alami justru yang akan membuat kita bisa bertumbuh kuat dan jadi orang dewasa yang dimampukan. Jangan lupa untuk utamakan kepribadian. Kepribadian itu seperti sungai. Pada suatu saat, tepiannya jelas terlihat. Kepribadian adalah bahan dari hidup dan cara hidup menentukan kebahagiaan. Suka atau tidaknya orang lain terhadap kita juga berbanding lurus dengan gimana kepribadian kita. Inget, sekali kita terjun ke masyarakat, nggak akan ada banyak orang yang akan begitu jujur.
Ini baru sebagian kecilnya. Masih ada bahasan tentang belajar, pekerjaan, impian dan tujuan, kepercayaan diri, dst. It greatly helps me and I hope you too. Oh ya, pas gue baca buku ini terutama di chapter-chapter awal, gue selalu inget salah satu sahabat baik gue. And I've bought one for her. Be home soon pretty.
Jadi ceritanya hari ini gue ngampus jam 9.20 dan jam 11 kurang udah kelar aja gitu, soalnya dosen gue ada rapat. Terus matkul kedua pun ditiadakan. Entah kenapa mungkin dosen gue tau kalo gue lagi sakit gigi dan bakal nggak mood parah buat belajar kalkulus. Mungkin. Kemungkinan besar sih bukan gitu. Akhirnya gue memutuskan buat langsung pulang ajalah daripada luntang-lantung nggak jelas di kampus. Sampe di rumah, tiba-tiba gue pengen ngeraut pensil alis yang udah tumpul maksimal dan akhirnya sampailah di pikiran dimana gue jadi pengen gitu mencukur alis gue supaya lebih cihuy kayak cewek-cewek remaja menuju dewasa di luar sana. HEHEHE. Tahai banget nih sekarang gue jadi makin centil aje kayaknya.
Setelah gue mikir "enaknya cukur pake apa ya. Kalo dicabut kayaknya sakit.", gue berencana untuk browsing tutorial mencukur alis gitu di yutcub. Tapi ujung-ujungnya malah buka tutorial pemakaian pensil alis supaya alis terlihat lebih ciamik tanpa harus dicukur. Nggak terlalu mempan sih sebenernya karena yang ada di pikiran gue malah, "yaelah sis, ribet bener ngukirnya. Yang ada gue ditinggal emak kondangan kalo sebegini repotnya.". Tapi nggak sih, gue lebay aja. Nggak seribet itu juga. Apalagi buat orang-orang yang emang into make up. Terus nih ya, entah malaikat apa yang membisikan ide cemerlang di kuping gue, akhirnya gue mengakhiri pencarian tutorial-tutorial itu dengan browsing "Hukum Mencukur Alis dalam Islam". Kyaaa.. Subhanallah yah.
Menurut beberapa artikel yang gue baca dari google, gue baru tau ternyata mencukur alis itu hukumnya haram coy! Kenapa? Karena (katanya) itu sama aja mengubah ciptaan Allah dan mengikuti setan yang selalu memperdaya manusia supaya mengubah ciptaan Allah. Alamakjang. Tapi ada juga beberapa mazhab yang memperbolehkan dengan maksud tertentu.
Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, Dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka, yang dila'nati Allah dan syaitan itu mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (merobah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merobahnya". Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata." (QS. 4:116-119)
Diriwayatkan dalam Kitab Ash-Shahih (Al-Bukhari dan Muslim) dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu bahwa ia berkata: "Semoga Allah melaknat wanita-wanita yang mentatto dirinya atau meminta ditattokan, yang mencukur bulu alisnya atau meminta dicukurkan, yang mengikir giginya supaya kelihatan indah dan mengubah ciptaan Allah." Kemudian beliau berkata: "Mengapa aku tidak melaknat orang-orang yang telah dilaknat oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam Kitabullah, yakni firman Allah:
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." (QS. 59:7)
Beberapa ulama yang mengarang kitab kumpulan dosa-dosa besar, seperti Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya Al-Kabair, demikian pula Al-Haitami dalam kitabnya Az-Zawajir ‘an Irtikab Al-Kabair menyebutkan bahwa salah satu diantara dosa yang masuk daftar dosa besar adalah mencukur atau menipiskan bulu alis. Karena terdapat hadis yang menyebutkan bahwa Allah melaknat para wanita yang mencukur bulu asli di wajahnya, seperti bulu alis, meskipun itu untuk tujuan kecantikan.
Tapi....
Prof Abdul Karim Zaidan dalam Al-Mufashhal fi Ahkam al-Marati wa Bait al Muslim mengatakan, para ulama tidak sepakat terkait hukum memotong atau mencukur bulu alis. Perbedaannya ada pada ketidaksamaan persepsi penafsiran hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Masud. Hadis itu menyebutkan laknat Allah SWT atas sejumlah kelompok, salah satunya ialah para pencukur alis mata.
Menurut sebagian ulama, larangan mencabut an-namsh alis itu didasari atas sebuah alasan, yaitu guna mengindari penyerupaan atas para ahli maksiat atau dijadikan sebagai modus penipuan dengan menyamar.
Bila kekhawatiran itu tidak terjadi atau kemungkinannya nihil, tak jadi soal mencabut atau menghilangkan alis mata. Pendapat ini diambil oleh Ibn al-Jauzi. Ini seperti dinukilkan dari kitab al-Iqna. Ia merupakan satu-satunya tokoh dari Mazhab Hanbali yang berpandangan demikian.
Ada juga ulama yang memandang bahwa sebetulnya yang dilarang pada hadis riwayat Abdullah bin Masud tersebut ialah menghilangkan alis mata dengan cara mencabut hingga akarnya. Sedangkan, bila hanya mencukur atau menggunting hal itu diperbolehkan. Ini merupakan pendapat yang berlaku di mayoritas Mazhab Hanbali.
Menurut Mazhab Maliki, larangan itu berlaku bagi perempuan yang tidak lagi diperbolehkan berhias secara muluk-muluk. Mereka, misalnya, adalah istri yang ditinggal mati atau dicerai suaminya. Dengan demikian, hadis ini tidak bertentangan dengan riwayat Aisyah RA yang memperbolehkan menghilangkan alis di wajah.
Di kalangan Mazhab Syafii, menurut Syekh Sulaiman al-Jamal as-Syafii, penghilangan alis diperbolehkan bila yang bersangkutan telah mengantongi izin suami. Tindakan itu ia ambil dengan tujuan mempercantik diri dan tampil menarik guna membahagiakan suami. Bila tidak, hukumnya tidak boleh.
Pendapat tersebut juga berlaku di Mazhab Hanafi. Menurut Ibnu Abadin al-Hanafi, mencabut atau mencukur bulu alis dilarang bila hal itu dilakukan untuk bersolek dan mengumbar kecantikannya di hadapan publik. Jika hal itu dilakukan untuk menyenangkan hati suami yang kurang suka dengan alis, tentu penghilangan alis diperbolehkan.
Imam an-Nawawi mengutarakan, ada pengecualian dari kasus larangan mencabut bulu di bagian wajah perempuan. Yaitu, jika tumbuh kumis ataupun jenggot tipis dan bulu halus di sekitar leher. Bulu-bulu tersebut hukumnya boleh dihilangkan, bahkan dianjurkan.
***
Gue sebenernya bingung sih nyimpulinnya. Tapi kalo mau ambil aman aja sih yang pasti ya nggak perlu cukur alis. Lagi pula gue belum menikah. Pun kalo gue nikah nanti, belum tentu niat gue cukur alis semata-mata hanya untuk suami. Pasti terlintas jugalah pengen cantik di depan orang lain. Untuk saat ini fix, I choose not to shave my eyebrows. Lebih ke cari aman. Dan yaudah aja, semoga Allah memuliakanku dan pensil alis yang ku pakai supaya terciptalah mahakarya alis yang cihuy nan ciamik.
Sumber:
http://islamqa.info/id/2162
http://www.konsultasisyariah.com/hukum-merapikan-alis/
http://www.republika.co.id/berita/humaira/samara/13/02/19/mige9y-ingin-merapikan-alis-bolehkah