A Piece of Paper: December 2013

Selamat Hari Ibu

Thoughts Sunday, December 22, 2013

Gue suka bingung kalau harus mendeskripsikan seperti apa ibu. Mulai dari yang nyenengin sampe yang ngeselin, semua ngumpul jadi satu. Tapi yang selalu gue inget adalah ibu itu sabarnya nggak ada habisnya. Gue suka heran sendiri. Pernah sampe beberapa kali gue bilang, "Bu, marah kek. Jangan diem aja emang ibu nggak capek?" Gue nyuruh ibu marah saking sabarnya. Tau sabar apa pasrah. Terus kalau gue bikin salah, marahnya juga nggak lama-lama. Ibu gue itu tipikal ibu yang nggak terlalu suka ngatur, kayak si anak harus pulang jam segini lah atau apalah. Selama anaknya tau diri, ibu mah woles aja. Makanya kadang gue suka nggak tau diri hahaha. Pergi tau kemana, nggak izin, HP mati. Terus kalau udah sampe rumah, percakapannya nggak jauh beda dari sebelum-sebelumnya.

Ibu: "Dari mana sih dek ibu telfonin nggak nyambung-nyambung? Punya HP kerjaannya mati mulu. Lama-lama gemes, nanti ibu beliin flexi deh yang murah. Biar kamu tuh nggak susah dihubungin."

Gue: "Ya jangan nanggunglah, ngapain buang-buang duit beli flexi. Kalau mau beliinya iPhone aja, nanti aku angkat deh kalau ibu nelfon."

Ibu: "OGAAAHH. Beli nih pake bulu ketek."

Udah gitu aja marahnya. Nggak ngerti juga sih emang itu marah?

Well, seiring berjalannya waktu, gue juga mulai ngertilah apa sih yang bikin hidup rasanya jadi kayak punya beban sendiri di pundak. Bahkan gue suka pengen coba ngerasain beban yang ada di pundak ibu. Ternyata berat coy! Ibarat karung beras, kayak 3 karung beras 50 kg nemplok sekaligus. Bayangin, kuli aja manggulnya satu-satu, paling banyak 2. Ini 3 sekaligus. Gue tau ibu jauh lebih kuat daripada kuli. Kadang kalau ibu udah sampe cerita ke gue, gue jamin ini pasti udah berat banget. Ibarat karung beras lagi, lo kayak butuh orang lain buat bantuin manggul. Sampe lama-kelamaan gue bosen sendiri dengerin curhatan yang intinya sama aja, nggak jauh-jauh dari teman hidupnya di rumah. Ya gitu deh kira-kira. Gitu deh. Pasti lo sebel juga kan kalau ada temen curhat, udah dikasih advice, tapi balik lagi dengan cerita yang sama. Bahkan advice lo nggak dilakuin sama sekali. Nah gitu deh ibu gue. Makanya kayak yang tadi gue bilang, gue suka nyuruh ibu marah. Semata-mata karena gue peduli dan sayang banget melebihi apapun yang ada di dunia ini. Tapi gimanapun juga, gue tau pasti ibu punya pandangan sendiri atas masalah-masalah yang dihadapi. Makanya kadang advice gue isinya cuma kayak angin lalu. Gitu deh. Orang dewasa, pikirannya suka beberapa langkah lebih maju.

Selama gue hidup dan tumbuh menjadi gue yang sekarang ini, gue nggak pernah sekalipun ngerasa wanita satu ini useless buat hidup gue. Makanya ini yang memotivasi gue kalau hidup gue juga nggak boleh useless buat dia. Klise sih, yet ini yang paling penting. Siapa anak yang nggak pengen menghasilkan sesuatu buat ibunya sendiri. At least, membanggakan ibunya dengan usaha dan keringat sendiri. Kalau ngomongin soal keinginginan, ya suka sih kepikiran rasanya pengen gitu ibu udahan aja kerjanya, istirahat dan jalan-jalan aja sebahagia-bahagianya. Mengingat she's growing older too. Tapi nyatanya belum bisa. So promise, someday gue harus jadi 'seseorang' yang membanggakan. Harus mau dan bisa menghabiskan waktunya untuk kerja. Nggak letoy dan manja. Btw, jadi ibu rumah tangga juga termasuk kerja kan ya? HAHA nggak deng gue lagi ngejayus. Yang pasti gue harus bisa beliin keperluan gue dan anak gue nanti dari hasil keringat sendiri, bukan cuma dari suami. Harus bisa jadi wanita yang luar biasa seperti ibu. Aamiin.

I really have no idea how to live my life with all these pressures without you. I can't even imagine it. Selamat Hari Ibu, to the greatest mom in my life. Keep on being amazing. I love you.

Share |

Seminar, Bedah Buku, dan Closing #2

Daily Sunday, December 15, 2013

Masih di hari dan tempat yang sama, setelah seminar selesai, rangkain acara Science Tech Days berlanjut ke acara bedah buku yang diisi langsung oleh penulisnya.

Bedah Buku: Dreams Come True; 4 Kunci Sukses Sejak Muda

Buku ini karya Edvan Muhammad Kautsar. Mungkin banyak orang--termasuk sebelum gue ikut bedah buku--yang nggak tau siapa dia. Dia itu motivator termuda se-Asia tahun 2012. Gue sampe ternganga-nganga waktu CV nya dipaparin di depan. Nggak abis-abis coy, panjang banget. Awal mula karirnya itu umur 14 tahun. Dia udah mulai nyoba jadi motivator, tapi karena faktor umur, orang-orang masih kayak, 'dih tau apaan nih bocah, sok tau banget.' Long story short, di umur 15, dia udah bisa ngisi acara sebagai motivator di depan 300 orang guru. Terus dia juga pernah main film. Jadi figuran sih, tapi 3 film. Saking pengennya jadi pemeran utama, dia mengusahakan dirinya buat jadi produser dan milih diri dia sendiri buat jadi pemeran utama. Katanya, "Yang penting cita-cita saya tercapai buat jadi pemeran utama film." Terus banyak deh acara-acara yang udah dia isi sebagai motivator, baik di universitas, kantor, bahkan di tv-tv juga pernah. Dia sekarang juga jadi dosen di salah satu perguruan tinggi swasta yang gue juga nggak tau di mana, sebagai dosen dari mata kuliah Character Building. Setelah CV selesai dijabarin, mulut gue makin kebuka lebar plus mata rada melotot-melotot dikit waktu dia nyebutin tanggal lahirnya. Dia kelahiran 2 Juni 1993. Cuma beda 2 tahun di atas gue! Umurnya sekakak gue tapi tuaan sebulan. Sekarang dia masih kuliah semester 5 di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN. Iya, gue makin nganga lagi waktu dia bilang dia kuliah di UIN.

Gue seneng banget sama pembawaannya, cara dia bicara, cara dia menarik perhatian supaya semua mata audience cuma tertuju ke satu orang yang lagi bicara di depan. Asik tapi ngena. Cuma dengan membedah isi bukunya, gue bisa nyimpulin kalau bukunya itu bagus. Ada dari isi bukunya yang ngebahas tentang passion dan itu yang paling ngena di gue. Menurut dia, salah satu faktor kesuksesan itu adalah passion. Temuin dulu apa passionnya, apa sih yang sebenernya lo suka. Kalau udah tau, tekunin. Gue dalam hati, "Ya Allah.. andai orang ini baca postingan blog gue beberapa hari yang lalu."

Terus nih ya, kalau lo dihadapkan sama dua pilihan antara sukses atau bermanfaat, lo bakal pilih mana duluan yang mau lo dapetin? Jujur, kalau gue pilih bermanfaat. Dan bener aja. Dia bilang, jadi orang itu jangan cuma ngejar sukses, sebelum jadi orang sukses, jadilah dulu pribadi yang bermanfaat. Karena..

"Semakin bermanfaat hidup seseorang semakin tinggi nilainya di hadapan Tuhan dan manusia."

Edvan M. Kautsar

"Dan sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain.”

HR. Thabrani dan Daruquthni

Dia juga membangun semangat untuk maju. Untuk nggak selalu mikir gagalnya. Kalau orang lain bisa kenapa kita enggak? Toh kita sama-sama menghirup oksigen, sama-sama makan nasi, sama-sama manusia. Kuncinya bersyukur dan sabar. Syukurin aja dulu apa yang kita punya sekarang. Kalau nggak maju-maju ya sabar dulu aja. Siapa tau usahanya kurang.

Closing Science Tech Days: Harmony Night

Nah, ini dia nih yang ditunggu-tunggu. Acara ini berlangsung cukup lama. Acaranya juga lumayan seru. Fashion hijab, standup UIN, ngumumin pemenang-pemenang dari berbagai lomba, penampilan Saintek Idol, dan ada banyak penampilan dari berbagai prodi dari Fakultas Sains dan Teknologi. Seperti yang gue tulis sebelumnya di part 1, acara ini menorehkan pengalaman baru buat gue secara pribadi. Gue menyumbang sebuah penampilan atas nama prodi bersama dengan senior-senior gue dan membentuk sebuah band di mana posisi gue adalah sebagai vokalis. HAHAHA. It was my very first time singing over so many people. Nervous yet so excited. I had never been in that situation before, I'm glad I did. Gue bawain lagunya Alicia Keys yang If I Ain't Got You. Gaya banget nggak gue baru pertama kali tampil langsung nyanyi lagu gituan. Tapi lagu ini bakal jadi lagu yang bersejarah buat gue. Iya lah, ini kan yang pertama. Biasanya kalau yang pertama suka membekas. Betul? Betul. Sekitar 2-3 jam sebelum acara selesai, gue balik duluan soalnya acara yang ditunggu-tunggu udah tampil semua, kayak fashion hijab, standup UIN, dan yang pasti ya penampilan prodi khususnya prodi matematika. HEHEHEHE.

Baiklah, kiranya cukup sampai di sini yang bisa gue sampaikan. Untuk segala tutur kata yang kurang berkenan mohon dimaafkan, baik yang disengaja maupun tidak. Semoga berkenan dan bermanfaat.

Akhirun kalam,
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Share |

Seminar, Bedah Buku, dan Closing #1

Daily Sunday, December 15, 2013

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat mengisi hari Sabtu kemarin dengan kegiatan yang lebih bermakna selain daripada tidur atau sekedar berleyeh-leyeh santai di rumah.

Jadi kemarin itu gue sempat menyempatkan diri (bukan menyempatkan sih lebih tepatnya emang udah merencanakan) untuk dateng ke sebuah seminar di kampus. Sebagai mahasiswi yang mulai haus akan sertifikat dan berhubung seminarnya adalah seminar nasional, akhirnya setelah dapet brosur, gue dan beberapa temen langsung mendaftarkan diri untuk ikut. Sekedar info, seminar ini adalah seminar yang diadain sama fakultas gue sebagai bagian dari acara fakultas yaitu Science Tech Days yang diadakan dari tanggal 4-14 Desember. Masih dalam rangkaian acara, setelah seminar nasional, ada juga bedah buku yang disampaikan langsung oleh penulisnya. Di akhir acara, ada closing ceremony yang menorehkan pengalaman baru untuk gue pribadi. Widiw.

Seminar Nasional: Science and Technology Empower Our Future

Transformasi ICT untuk Peluang Masa Depan

Ini materi pertama dalam seminar nasional kemarin, dengan pembicara Bambang Heru Tjahjono dari Kementerian Komunikasi dan Informatika yang baru aja dilantik 2 minggu yang lalu. Sejujurnya, gue nggak terlalu merhatiin apa isi materi yang beliau sampein. Yang gue tangkep, intinya teknologi sekarang itu udah berkembang sangat pesat. Bisa jadi, beberapa tahun ke depan, kuliah udah nggak pake lagi deh tuh yang namanya buku. Saking canggihnya teknologi, bisa jadi nanti ya lo belajar pake komputer atau laptop aja terus. Tapi menurut beliau, buku tetap nggak boleh ditinggalkan, soalnya tau sendiri manfaat buku itu luar biasa. Secanggih-canggihnya teknologi, buku tetap punya makna dan manfaat tersendiri.

Beliau juga nyinggung sedikit tentang pemerintahan. Jadi sebenernya sumber daya manusia di Indonesia ini udah keren lah kalau dilihat dari segi sains dan teknologi. Lo bayangin aja ada berapa mahasiswa yang kuliah di bidang itu dan pasti nggak sedikit lulusan-lulusan kompeten yang makin mengangkat sumber daya manusianya. Tapi pemerintah sampe sekarang masih kurang melirik sumber daya manusia yang kompeten, kayak ilmuwan-ilmuwan sains dan teknologi yang ilmu atau temuannya bisa mengangkat Indonesia. Beliau bilang, "Makanya kalau ada pemilihan presiden, pilih lah calon yang juga ngerti sains dan teknologi. Kalau bisa langsung yang lulusannya dari sains dan teknologi. Hehehe."

Masih banyak sebenernya materi-materi kece yang beliau sampein. Tapi emang dasarnya manusia, makhluk sosial, ada temen di kanan kiri mah ya nggak jauh-jauh dari yang namanya ngobrol. Alhasil, gue cuma nangkep segitu dari apa yang beliau sampein.

Peran Sains dan Teknologi dalam Pelestarian Lingkungan

Materi kedua ini diisi oleh Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud. Beliau ini adalah salah satu dosen biologi di UIN. Nah, di materi yang kedua ini, gue mulai menyadarkan diri, gue rela bangun pagi di hari Sabtu buat apa kalau pulang seminar cuma bermodalkan sertifikat dan ilmu kosong. Jadi ya dikit-dikit gue coba dengerin dan pahamin apa yang beliau sampein di depan.

Pertama-tama, beliau memaparkan foto-foto suasana Bantar Gebang, asap-asap pabrik, dan perairan yang tercemar yang disebabkan oleh sampah organik. Terus beliau juga menampilkan potret Jakarta dengan sampahnya yang menggunung dan banjir yang udah nggak karuan. Gue ngeliatnya miris. Itu foto baru dari sebagian kecil tempat yang ada di Jakarta. Coba deh kita mulai bayangin lingkup kecil kayak keadaan Jakarta. Sampah dimana-mana. Disediain tempat sampah, malah dicolongin. Ya nggak heran kalau tiap hujan banjir. Masyarakat tinggal teriak-teriak minta ditanganin. Tapi nggak ada kesadaraan untuk memperbaiki dari diri sendiri. Udah aja lama-lama Jakarta tenggelam.

Ngomong-ngomong soal tenggelam, beliau jelasin juga nih kalau misalnya kenaikan muka laut mencapai 30-40 cm, Jakarta akan tenggelam. Dan menurut survei, kenaikannya sekarang udah mencapai 20 cm. Tahun 2008, ada 115 pulau hilang karena kenaikan laut. Hilang di sini maksudnya pada tenggelam. Ini penting nih buat orang-orang yang suka bangun apartemen atau gedung-gedung besar lainnya, baik yang di pesisir pantai maupun di tengah kota. Karena semakin banyak gedung besar, pori-pori tanah itu semakin ketarik. Terus air laut pada masuk, semacam rembes gitu. Akhirnya nggak heran deh kalau nanti gedung-gedung itu pada ambles, rubuh. Nah, yang paitnya lagi, bertebarannya gedung-gedung besar itu nggak diimbangin dengan jumlah lahan hijau. Akibatnya proyeksi penurunan lahan di Jakarta makin lama makin menurun. Tahun 1998, Jakarta masih punya lahan hijau yang jumlahnya masih lumayan. Tahun 2002, lahan hijaunya makin berkurang. Prediksi tahun 2015, kalau dilihat pake peta Jakarta, lahan hijau cuma bisa dilihat di bagian ujung bawah, sisanya merah semua alias bangunan. Prediksi tahun 2020, semuanya merah coy!

Selain proyeksi penurunan lahan, beliau juga jelasin tentang indeks kualitas lingkungan hidup. Kalau dilihat dari indeks kualitas lingkungan hidup tahun 2009, Jakarta ada di paling bawah. Gue kurang ngerti juga ini maksudnya apa. Tapi bisa jadi, maksudnya Jakarta punya kualitas lingkungan hidup yang rendah alias lingkungan hidupnya nggak berkualitas. Gitu kali ya kira-kira? Terus menurut grafik tutupan hutan tahun 2009, Jakarta lagi-lagi ada di posisi paling bawah dan yang paling atas ditempati oleh Bali. Gue juga makin nggak ngerti tutupan hutan itu apa. Mungkin yang paling sering menutup hutan alias menebang hutan. Mungkin loh ya.

Selain banjir, tanah dan gedung ambles, dan pulau tenggelam, ada juga beberapa konflik atau akibat dari kerusakan lingkungan lainnya, yaitu: poverty, hunger, illiteracy, insafe and unsustainable water supply, disease, urban and environmental degradation, energy supply, dan economic development. Itu apa? Ya googling aja lah ya gue juga nggak ngerti-ngerti amat hehe.

Nah, kalau di Bali, peran sains dan teknologi udah mulai berkembang dan dirasakan. Di sana ada alat yang bisa membuat sampah jadi energi. Tapi entah jadi energi apa gue nggak terlalu dengerin. Mulai bermunculan juga alat-alat canggih lainnya yang membuat sampah bahkan kotoran hewan jadi lebih bermanfaat. Kalau nggak salah, di Jakarta dan kota-kota lain juga udah banyak teknologi macam begini. Iya nggak sih? Oh iya, nggak cuma sampah. Ada sedikit info juga nih tentang asap kendaraan. Jadi ternyata untuk menghilangkan 1 unit gas CO, dibutuhkan 4 unit gas O2 (kalau nggak salah). Sebagai pengendara motor, sempet sih kepikiran. Tapi ya mau gimana lagi. Susah kalau udah ngomongin kendaraan karena kalau menurut gue pribadi itu udah jadi kebutuhan.

***

Yep, gitu deh kira-kira ilmu yang gue dapet dari seminar nasional kemarin. Intinya, manfaatkan teknologi sebaik mungkin. Secanggih apapun itu, jangan lupakan fungsi buku. Buku tetap punya makna dan manfaat tersendiri. Terus mulai deh dari sekarang buang sampah pada tempatnya. Jangan meraung-raung minta dibenahi, tapi coba benahi dulu pake tangan kita sendiri. Lahan hijau juga udah mulai berkurang, jadi sekalinya ada ya jangan dirusak, pelihara, demi keamanan dan kenyamanan di masa sekarang dan yang akan datang. Dan seperti biasa, memahami teori emang jauh lebih mudah daripada prakteknya. Tapi jangan lupa, di mana ada niat, di situ ada jalan. Tjakep!

Share |

Passion

Thoughts Wednesday, December 11, 2013

Mau menyempatkan diri ah buat nulis sesuatu di tanggal cantik ini hehe. Hari ini hari rabu, 11 Desember 2013. Orang-orang bilang hari ini tanggal cantik karena kalau nulisnya disingkat jadi 11-12-13 gitu. Karena tahun depan udah masuk 2014 dan nggak ada bulan ke-13, bisa jadi ini tanggal urut cantik yang terakhir. Kecuali kalau masih mau nungguin tahun 3000-an kali ya.

Oke sodara-sodara, seperti yang pernah gue tulis di postingan sebelumnya, di kepala gue ini udah banyak banget yang pengen gue tulis di blog. Dan seperti yang udah gue tulis sebelumnya juga, kalo gue bukan tipe orang yang bisa dengan mudahnya meluapkan apa yang terngiang-ngiang di kepala. Kebiasaan disimpen sendiri sampe basi terus akhirnya pusing sendiri. Nanti kalau udah pusing, baru deh sibuk nyari orang buat dicurhatin. Ini juga kayaknya termasuk curhat nggak sih? Oke, jadi kali ini gue akan coba sedikit menyicil yang sedang terngiang di otak gue, yaitu tentang PASSION.

Kalau ngebahas tentang yang satu ini, gue sendiri selalu end up dengan "yaelah Din, masih aja hari gini mikirin beginian. Temen lo udah pada ngapain, lo di sini masih bingung mau ngapain." Gitu kali ya sotoy-sotoynya. Buat gue, passion itu sesuatu yang rumit. Delapan belas tahun gue hidup di dunia ini, gue masih nggak ngerti sebenernya passion gue itu apa. Ini nih yang jadi problem utama gue waktu milih jurusan buat masuk univ. Orang-orang sekitar selalu ngasih solusi yang intinya "fokusin aja ke yang lo suka. Kalau sukanya itung-itungan, ya udah coba cari jurusan yang masih banyak itung-itungannya. Kalau sukanya hafalan, ya ambil jurusan yang isinya hafalan." Yeuh, eyang gue yang udah mulai pikun juga tau kalau suka itungan ya ambil jurusan itungan, kalau suka hafalan ya cari jurusan yang banyak hafalan. Yang jadi masalah itu adalah... gue sukanya apaan? Gue terlalu sibuk dengerin omongan dan pendapat-pendapat orang disertai rasa iri yang teramat sangat sama mereka-mereka yang dengan mudahnya--some of them butuh waktu lama--menemukan passionnya sampe gue sendiri bingung kalau gue ini maunya apa. Gue juga bingung kenapa setiap ngelakuin sesuatu harus disertai dengan bingung.

Ketidakjelasan passion gue inilah yang pada akhirnya memaksa gue untuk menantang diri sendiri. Simpelnya gini, gue tau kalau gue itu orangnya cukup lamban dalam menerima beberapa materi pelajaran yang berlangsung selama mood gue jelek buat belajar. Kadang gue suka pelajaran itung-itungan, tapi kalau udah nggak mood, ujung-ujungnya semua buyar. Begitu juga dengan hafalan. Tapi kalau lagi mood, gue demen tuh belajar dua-duanya. Intinya gue nggak bisa konsisten dan mendalami salah satu diantaranya. Nah yang jadi masalah adalah gue bingung kenapa orang kayak gue gini pada akhirnya jadi masuk IPA. Fisika, kimia, biologi, gue nggak suka. Kalau matematika ya lumayan lah. Ada motivasi buat belajar matematika gara-gara nilai UN SMP memuaskan, pake banget. Hehe. Ya udah pokoknya gue nggak suka pelajaran-pelajaran IPA. Itu awal pertama gue ngerasa menantang diri sendiri untuk terjun ke dunia yang gue juga bingung kenapa gue bisa masuk. Oh iya! Gue masuk IPA itu karena hasutan ibu deng. Ibu pengen gue jadi dokter. Terus gue iyain aja masuk IPA dikata gampang jadi dokter. Terus banyak deh gue denger kelebihan yang bisa gue dapet kalau gue masuk IPA. Nah, seiring berjalannya waktu, akhirnya sampailah masa-masa intensif UN. Makin lah tuh gue sadar "selama ini lo belajar apaan woy?!" Nggak ngerti apa-apa, apalagi fisika. Pait. Itu baru UN, paitnya lagi menuju SBMPTN. Gue udah terlanjur ikut kelas yang IPA dari sebelum UN. Jadi kalau SBMPTN gue ambil IPS, sayang mak udah nanggung belajar IPA. Padahal sejujurnya gue juga nggak ngerti selama ini tuh belajar apaan. Hati kecil gue berkata, "AMBIL IPS AJAAAH". Tapi lagi-lagi otak gue bilang, "Nanggung coy!"

Klimaksnya adalah waktu milih jurusan buat univ. Ngeblank yang bener-bener ngeblank nggak tau harus ngambil apa. Mau ambil kedokteran, udah keburu ngaca sama nilai tryout. Udah makin nggak ngerti lagi mau ngambil apa. Pada akhirnya pilihan jatuh di statistika dan matematika. Kenapa? Karena balik lagi ke nilai UN SMP gue yang sangat memuaskan di bidang matematika itu, terus disusul lagi dengan kepuasan lahir batin yang gue dapet dari hasil berikutnya di SMA. Long story short, gue keterima di tempat gue kuliah sekarang, UIN Jakarta. Jujur, kuliah matematika itu lebih menantang daripada yang gue rasain waktu gue masuk IPA. Dengan bayangan-bayangan semu jurusan-jurusan IPS dan PTN macam UGM yang tiba-tiba jadi idaman gue banget (sampai saat gue nulis ini). Dan nampaknya gue akan terseok-seok menempuh perjalanan menuju S.Si. Doain aja semoga enggak.

Gitu deh kira-kira sedikit kisah gue menyusuri kehidupan tanpa passion. Gue bak orang yang nggak punya arah. Gue nggak kebayang bakal ngapain dan jadi apa gue besok. Di saat banyak anak seumuran gue yang udah mikirin nanti gimana, gue masih terlena dengan gimana nant'. Gue masih sering banget merenungi nasib. Kayak masih mikirin, bener nggak sih ini tempat gue? Bener nggak sih ini yang gue mau? Gitu deh. Bingung. Pusing. Yang pasti, semoga postingan gue ini nggak lebay dan terlihat mendramatisir karena ini nyata adanya. Ya udah sekarang gue mau tidur. Besok masih ada kuliah pagi. Sambil merenung lagi kapan gue bisa menemukan passion yang nggak kunjung ketemu itu. Bhay.

Share |

A New Beginning

Thoughts Sunday, December 08, 2013

Gue bukan tipe orang yang seneng banget ngeblog. Yang rasanya setiap momen harus diceritain lewat blog. Tapi setelah gue baca blog seseorang di luar sana yang suka banget nulis apapun cerita dalam hidupnya, gue tiba-tiba ngerasa kayak bahagia banget bacanya. Gue ngerasa kayak lagi dengerin orang yang lagi curhat. Bahkan gue kayak udah kenal lama sama orangnya, padahal gue nggak kenal sama sekali. Terus rasanya juga kayak lagi mengikuti perkembangan hidup temen sendiri. Mulai yang dulu dia begitu, sampai sekarang dia begini. Buat gue, ada kebahagiaan tersendiri di balik itu semua. Ditambah lagi, ada beberapa postingannya yang rasanya kayak, "Serius lo? Gilak sama banget coy! Gue juga ngerasa gitu." Emang sih rada kayak orang sok kenal. Tapi serius itu kejadian dan yang lebih membahagiakan lagi adalah kalo di postingannya itu, dia menjabarkan solusi-solusi dari kisah hidupnya. Bener-bener kayak lagi dengerin temen sendiri curhat dengan cerita yang sama persis kayak yang lagi gue alamin, terus jadi kayak dibilangin, "Nah gue tau Din solusinya. Menurut yang gue alamin, kita tuh lebih baik blablabla.." Gue kayak lagi dikasih solusi atas masalah-masalah yang lagi gue rasain. Sebagai salah satu tipe orang yang rada susah untuk meluapkan unek-unek yang ada di dalam otak, gue bener-bener udah kayak curhat ke orang lain dan dapat advice ciamik tanpa harus menceritakan secara langsung ke orang tersebut. Rasanya 11-12 kayak kalo abis curhat ke temen gitu deh. Plong. Lega.

Itulah kenapa gue jadi terinspirasi lagi buat ngeblog. Bukan untuk gaya-gayaan atau sekedar ikut-ikutan. Tapi lebih ke curhat tentang sesuatu yang pastinya masih dalam batas kewajaran untuk dipubliasikan di dunia maya. Menceritakan kisah gue sendiri yang suatu hari nanti bisa gue baca lagi. Lebih ke nostalgia gitu. Yang pasti, gue juga jadi lebih bisa mengikuti perkembangan hidup gue. Siapa tau dengan cara gini, gue semakin mudah untuk melakukan suatu perubahan. Biar gue sadar kalau ternyata hidup gue itu mungkin flat-flat aja dan harus ngelakuin sesuatu. Sekarang aja udah banyak banget nih di dalem kepala yang mau gue luapin ke blog. Bukan maen latahnya.

Ya udah paling itu aja sih yang mau gue tulis sekarang. Setelah gue sibuk mikirin apa yang mesti gue lakuin untuk mulai sedikit melakukan perubahan dalam hidup gue, bisa jadi ini adalah suatu permulaan yang tepat. Semoga nggak cuma latah karena abis baca blog yang bikin bahagia itu.

Share |

Pages

A Piece of Paper

Selamat Hari Ibu

Seminar, Bedah Buku, dan Closing #2

Seminar, Bedah Buku, dan Closing #1

Passion

A New Beginning

Labels

Blog Archive