Welcoming 2021 with Covid-19 #1

Saturday, January 23, 2021


Kalau diibaratkan sebuah cerita, mungkin nggak banyak yang akan tertarik sama alur yang terjadi selama tahun 2020. Tahun yang katanya kalau dihitung bulan, cuma terdiri dari Januari, Februari, Pandemi, dan Desember (padahal Desember juga masih pandemi sih). Tahun yang nggak mudah, bukan cuma untuk masyarakat Indonesia, tapi juga seluruh dunia. Segala macam cerita sedih bertebaran dimana-mana; kehilangan pekerjaan, potong gaji, sulit dapat kerja, RS penuh, nakes kewalahan, kehilangan orang-orang tercinta karena meninggal dunia, dan masih banyak lagi. Pandemi dari virus Covid-19 yang terjadi hampir setahun terakhir ini juga mengubah cukup banyak kebiasaan baru yang mengharuskan kita melakukan berbagai macam kegiatan dengan protokol kesehatan.

Nggak sedikit orang-orang di sekitar gue yang pada akhirnya terserang virus jahat ini, termasuk gue sendiri. Separno-parnonya, sepatuh-patuhnya gue dengan prokes, kelengahan gue di suatu hari membawa gue masuk ke dalam deretan angka positif. Jujur rasanya campur aduk banget di awal, meskipun kemudian gue berhasil men-suggest diri gue untuk tetap pasrah dan berterimakasih kalau memang Allah kasih gue sakit saat itu. But deep down, gue sempet feeling guilty karena lengahnya gue jadi bikin jumlah positif Covid semakin bertambah dan ngerasa gagal jalanin prokes dengan baik.

Gejala Awal

20 Des 2020 -- Gue melakukan kontak erat dengan salah satu teman yang ternyata saat itu lagi nggak enak badan.
25 Des 2020 -- Teman gue itu info kalau orang tuanya positif Covid dan dia mulai ngalamin beberapa gejala yang juga mengarah. Hari itu juga, gue langsung melakukan swab PCR bareng salah satu teman lainnya yang juga melakukan kontak di tanggal 20. Hasilnya kita berdua negatif, tapi sayangnya itu false negative buat gue. Some said, virus ditubuh gue belum berkembang dan belum terdeteksi saat itu. Jujur agak nyesel karena gue baru menyadari bahwa ini adalah tindakan yang super gegabah.
28 Des 2020 -- Malam sepulang kantor gue mulai ngerasa badan kayak masuk angin.
29-31 Des 2020 -- Dalam 3 hari ini, gejala-gejala mulai timbul secara bertahap, mulai dari batuk, flu, sakit tenggorokan, demam, sesak nafas, sampai puncaknya di tanggal 31 gue kehilangan fungsi indera penciuman dan perasa. Dua gejala terakhir itu yang meyakinkan gue untuk langsung isolasi di dalam kamar. Agak sad sih karena harus menyambut tahun baru sendirian di dalam kamar sambil harap-harap cemas.
1 Jan 2021 -- Sekitar jam 9 pagi gue swab PCR lagi dan keluar hasilnya di hari yang sama sekitar jam 10 malam. Hasilnya.. positif.

Antri drive thru swab PCR.

Periksa ke Puskesmas

Long story short, setelah lapor RT/RW, tanggal 2 Jan 2021, gue langsung dihubungi oleh pihak Dinkes daerah tempat tinggal gue untuk ditanya dan dikontrol kondisi gue saat itu. Gue juga diarahkan untuk datang ke puskesmas supaya gue bisa diperiksa secara langsung dan dikasih obat-obatan yang gue butuhkan, sekaligus minta rujukan sekiranya kondisi tempat tinggal gue nggak memungkinkan untuk isolasi mandiri.

Tanggal 3 Jan 2021 sekitar jam 11 siang, gue datang ke puskesmas dengan kondisi saturasi oksigen di angka 92 dan tensi 90/65 setelah diperiksa. Gue dikasih obat, vitamin, dan diresepin beberapa obat lainnya yang nggak tersedia di puskesmas. Nah di sini gue juga sekaligus minta rujukan tempat isolasi karena kondisi rumah gue kurang memungkinkan, ditambah, anggota keluarga yang lain saat itu hasil swabnya negatif semua. Singkat cerita, Alhamdulillah berkat doa dan permohonan gue ke pihak puskesmas, mereka berhasil merujuk gue ke Wisma Atlet dengan proses yang super cepet. Siang gue minta rujukan, sorenya udah langsung approved dan berangkat! Thanks to Dr. Rara yang udah bantu koordinasi dan kontrol aku, meskipun aku tau kamu nggak bakal baca ini Dok.

Isolasi di Wisma Atlet

Am not saying bahwa terpapar virus Covid-19 adalah hal yang menyenangkan dan membanggakan (iyalah), but I can say isolasi di Wisma Atlet adalah sebuah rejeki dan keputusan terbaik, buat gue secara pribadi. Kehidupan per-isolasi-an gue selama di wisma dimulai sejak tanggal 3 Jan 2021. Setelah rujukan puskesmas approved dari pihak wisma, sekitar jam 5 sore gue dijemput ambulance puskesmas di depan rumah, ini sebenernya optional sih, bisa minta jemput ke rumah atau kitanya yang datang langsung ke puskesmas. Saat dijemput, gue baru tau ternyata gue satu-satunya pasien yang akan dibawa ke wisma dari daerah tempat tinggal gue di hari itu. Sempet agak nggak enak hati karena ngerasa jadi ngerepotin bawa satu pasien dengan jarak tempuh yang terbilang jauh dan bisa dibilang ini adalah kali pertama gue naik ambulance, jadi lumayan deg-degan di awal, but thank God semua berjalan dengan lancar.

Perjalanan menuju Wisma Atlet.

Sampai di wisma, gue langsung diantar ke meja admin untuk konfirmasi pendaftaran dan dilanjut dengan pemeriksaan kesehatan. Asli, dari awal gue udah happy banget bisa dapet tempat isolasi yang lebih proper, saking happy-nya sampai mempengaruhi hasil pemeriksaan gue. Yang tadinya tensi gue rendah banget dan saturasi oksigen hampir mencapai angka minimum, di sana tiba-tiba tensi gue naik jadi 110/85 dengan saturasi di angka 98. Wow! The happier the healthier. Anyway, sejak konfirmasi kedatangan, tim medis di sana langsung memperhitungkan jadwal kepulangan gue, yaitu 12 hari sejak tanggal swab pertama. Karena gue swab tanggal 1, jadi gue dijadwalkan untuk pulang tanggal 12. Dengan catatan, saat pemeriksaan di 1 hari sebelum kepulangan nanti, tanggal 11, kesehatan gue sudah harus membaik dan bebas gejala.

Kehidupan selama di Wisma Atlet sampai hasil swab negatif akan gue lanjutkan di part 2.

You Might Also Like

0 komentar