Kaleidoskop 2016

Saturday, January 21, 2017

Kalau dilihat dari apa yang udah gue tulis di blog selama setahun ini, bisa dibilang 2016 adalah tahun yang sangat nggak produktif dalam menulis. Banyak cerita yang sebenernya penting untuk diabadikan di sini, tapi nggak ada satupun yang berhasil ditulis. Semua momen cuma kesimpen di draft, nggak selesai, bahkan ada yang cuma berakhir jadi judul. Untuk sekedar blogwalking pun juga kayaknya nggak gue lakukan sama sekali. Yah, emboh lah.

Lagi-lagi, kalau sekarang gue bilang 2016 adalah tahun pendewasaan, rasanya hampir setiap tahun gue selalu bilang begitu. Mungkin karena pada hakikatnya manusia akan melewati fase pendewasaan diri kali ya. Jadi, nggak heran kalau setiap tahun akan ada masa-masa atau momen dimana mereka merasa satu atau beberapa tingkat lebih dewasa menurut penilaiannya sendiri, padahal mah mungkin sebenernya sama aja. Dilihat dari apa aja yang udah gue tulis di kaleidoskop-kaleidoskop sebelumnya pun, terlalu klise rasanya kalau gue menobatkan 2016 menjadi tahun tersulit yang penuh dengan pendewasaan. Apalagi hanya karena satu dua hal yang mungkin nyatanya nggak serumit itu. Toh pada akhirnya setiap orang juga pasti pernah mengalamani kesulitan, baik itu dengan cara yang juga sama atau berbeda.

Masuk ke topik utama dari tulisan kali ini yakni kilas balik selama setahun ke belakang, sebenernya gue udah cukup banyak membuat target dan melakukan pencapaian-pencapaian kecil di awal tahun guna memenuhi resolusi yang sempat gue tulis di Keleidoksop 2015, yaitu mengontrol dan mencintai diri dengan jauh lebih baik lagi. Target utamanya adalah hidup sehat, seperti yang pernah  gue tulis juga di salah satu tulisan yang berjudul Live Healhtier. Gue berhasil konsisten untuk nggak skip olahraga sampai dengan bulan ke-8, tepat di hari ulang tahun gue. Setelah itu, banyak hal yang pada akhirnya bikin gue jadi mulai kendor dan nggak memprioritaskan olahraga sebagai target utama yang harus gue lakukan at least setiap bulannya. But hey, I have successfully come back again at the end of the year.


Bertolak belakang dari resolusi yang gue sebutkan di atas, 2016 nyatanya berhasil juga bikin gue feel lost. I felt like I was losing myself. In some cases, gue sering ngerasa kayak ini tuh bukan gue yang biasanya. Nggak sedikit juga temen-temen gue yang bilang, "Kok lo jadi gini sih?" atau "Biasanya lo nggak gini" atau "Mana Dinta yang biasanya blablabla..." bahkan nggak sedikit juga yang bilang gue bodoh karena mereka pikir gue nggak bisa berlogika seperti biasanya. I know some people might have been through this. Dan pada akhirnya, makin ke sini pun gue makin tau penyebabnya yang nggak lain dan nggak bukan adalah karena I'd let myself fall too fast, love too hard, and care too much. Ya meskipun pada akhirnya hal itu berakhir nggak sesuai dengan yang diinginkan, at least I once felt both happy and loved.


Di samping itu semua, gue nampaknya juga harus berbangga hati sih di tahun ini. Kalau kata Tere Liye, 
tidak perlu disesali, tidak perlu membenci, buat apa? Bukankah kita selalu bisa melihat hari yang indah meski di hari terburuk sekalipun? Karena kalau kita mau buka ruang lebih besar dan melihat lebih seksama (cailah), ternyata ada banyak hal baik yang bisa dipetik dari kejadian seburuk apapun. Gue bersyukur punya orang-orang yang ternyata segitu sayang dan perhatiannya sama gue. Yang sampe ngingetin makan dan nemenin chat setiap hari biar katanya gue nggak ngerasa sendiri waktu gue lagi terpuruk-terpuruknya. Yang sampe rela nggak masuk kelas cuma untuk nemenin gue nangis-nangisan di musola. Yang rela ditelfon sampe 5 jam cuma untuk dengerin cerita yang itu-itu aja. Yang berupaya ngajak jalan sampe bosen cuma biar gue nggak bengong-bengong di rumah. Ini priceless sih. Super priceless.


Selain dari ngerasa punya orang-orang yang selalu ada di saat gue jatuh, momen-momen penting yang belum sempat gue ceritakan di blog juga pastinya bikin 2016 jadi tahun yang nggak bisa dilupain gitu aja. Filed trip ke Solo bareng temen-temen sekelas, KKN sebulan di desa, momen ulang tahun ke-21, dan naik gunung untuk pertama kalinya sukses bikin tahun ini nggak kalah berkesan dari tahun-tahun sebelumnya. Semoga semua momen yang gue sebutin barusan bisa secepatnya gue ceritakan di blog ini.


Anyway, ngomongin soal resolusi, di akhir penulisan kaleidoskop pasti gue selalu menyematkan satu atau dua kalimat harapan untuk setahun ke depan. Tapi kali ini gue mulai mikir-mikir lagi sih. Rasanya kok setiap nulis resolusi pasti ada aja hal-hal yang bikin resolusi itu tercapai. Harusnya sih bagus ya, namanya juga resolusi pasti kan maunya tercapai. Tapi sayangnya hal itu terjadi lewat situasi-situasi yang nggak pernah gue pikirkan, bahkan nggak gue harapkan. Lewat kejadian yang kayaknya beraaat banget, terus pada akhirnya kayak dikasih pilihan kalau dengan kejadian-kejadian itu gue akan tetap menjadikan itu sesuai resolusi gue atau enggak. Jadi, kalau dibilang tahun ini mau bikin resolusi apa enggak, ya gue akan tetep bikin sih tapi dengan target yang bisa dibilang lebih jelas. Kalau biasanya gue meresolusikan kebahagiaan atau pendewasaan, kali ini gue mau yang realistis aja. Melihat teman-teman yang udah mulai banyak punya gelar di belakang namanya, 2017 seharusnya jadi tahun di mana gue akan mencicipi apa itu proposal penelitian, semprop, skripsi, and all that mahasiswa-semester-akhir stuffs. Siap? Belum sama sekali. Sejujurnya gue nggak akan meresolusikan bahwa gue akan lulus tahun ini, tapi at least gue berharap semua hal-hal yang gue sebutkan di atas bisa berjalan dengan baik. Termasuk kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapangan) yang juga harus gue tempuh dalam waktu dekat, yang entah dimana dan kapan pastinya. Terus melihat gue yang sama sekali mengabaikan buku di tahun ini, gue berharap semoga 2017 akan mengembalikan semangat membaca gue seperti tahun yang lalu. Mengembalikan energi-energi positif dan kebiasan-kebiasaan baik yang pernah gue lakukan. Nggak ada lagi resolusi supaya selalu bahagia, makin dewasa, dan sebagainya. Karena gue yakin semua itu akan jadi bonus dari apa yang gue lakukan selama setahun ke depan.


Let's see what 2017 will bring!

You Might Also Like

0 komentar