Seminar, Bedah Buku, dan Closing #1

Sunday, December 15, 2013

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat mengisi hari Sabtu kemarin dengan kegiatan yang lebih bermakna selain daripada tidur atau sekedar berleyeh-leyeh santai di rumah.


Jadi kemarin itu gue sempat menyempatkan diri (bukan menyempatkan sih lebih tepatnya emang udah merencanakan) untuk dateng ke sebuah seminar di kampus. Sebagai mahasiswi yang mulai haus akan sertifikat dan berhubung seminarnya adalah seminar nasional, akhirnya setelah dapet brosur, gue dan beberapa temen langsung mendaftarkan diri untuk ikut. Sekedar info, seminar ini adalah seminar yang diadain sama fakultas gue sebagai bagian dari acara fakultas yaitu Science Tech Days yang diadakan dari tanggal 4-14 Desember. Masih dalam rangkaian acara, setelah seminar nasional, ada juga bedah buku yang disampaikan langsung oleh penulisnya. Di akhir acara, ada closing ceremony yang menorehkan pengalaman baru untuk gue pribadi. Widiw.



Seminar Nasional: Science and Technology Empower Our Future

Transformasi ICT untuk Peluang Masa Depan

Ini materi pertama dalam seminar nasional kemarin, dengan pembicara Bambang Heru Tjahjono dari Kementerian Komunikasi dan Informatika yang baru aja dilantik 2 minggu yang lalu. Sejujurnya, gue nggak terlalu merhatiin apa isi materi yang beliau sampein. Yang gue tangkep, intinya teknologi sekarang itu udah berkembang sangat pesat. Bisa jadi, beberapa tahun ke depan, kuliah udah nggak pake lagi deh tuh yang namanya buku. Saking canggihnya teknologi, bisa jadi nanti ya lo belajar pake komputer atau laptop aja terus. Tapi menurut beliau, buku tetap nggak boleh ditinggalkan, soalnya tau sendiri manfaat buku itu luar biasa. Secanggih-canggihnya teknologi, buku tetap punya makna dan manfaat tersendiri.

Beliau juga nyinggung sedikit tentang pemerintahan. Jadi sebenernya sumber daya manusia di Indonesia ini udah keren lah kalau dilihat dari segi sains dan teknologi. Lo bayangin aja ada berapa mahasiswa yang kuliah di bidang itu dan pasti nggak sedikit lulusan-lulusan kompeten yang makin mengangkat sumber daya manusianya. Tapi pemerintah sampe sekarang masih kurang melirik sumber daya manusia yang kompeten, kayak ilmuwan-ilmuwan sains dan teknologi yang ilmu atau temuannya bisa mengangkat Indonesia. Beliau bilang, "Makanya kalau ada pemilihan presiden, pilih lah calon yang juga ngerti sains dan teknologi. Kalau bisa langsung yang lulusannya dari sains dan teknologi. Hehehe."


Masih banyak sebenernya materi-materi kece yang beliau sampein. Tapi emang dasarnya manusia, makhluk sosial, ada temen di kanan kiri mah ya nggak jauh-jauh dari yang namanya ngobrol. Alhasil, gue cuma nangkep segitu dari apa yang beliau sampein.


Peran Sains dan Teknologi dalam Pelestarian Lingkungan


Materi kedua ini diisi oleh Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud. Beliau ini adalah salah satu dosen biologi di UIN. Nah, di materi yang kedua ini, gue mulai menyadarkan diri, gue rela bangun pagi di hari Sabtu buat apa kalau pulang seminar cuma bermodalkan sertifikat dan ilmu kosong. Jadi ya dikit-dikit gue coba dengerin dan pahamin apa yang beliau sampein di depan.

Pertama-tama, beliau memaparkan foto-foto suasana Bantar Gebang, asap-asap pabrik, dan perairan yang tercemar yang disebabkan oleh sampah organik. Terus beliau juga menampilkan potret Jakarta dengan sampahnya yang menggunung dan banjir yang udah nggak karuan. Gue ngeliatnya miris. Itu foto baru dari sebagian kecil tempat yang ada di Jakarta. Coba deh kita mulai bayangin lingkup kecil kayak keadaan Jakarta. Sampah dimana-mana. Disediain tempat sampah, malah dicolongin. Ya nggak heran kalau tiap hujan banjir. Masyarakat tinggal teriak-teriak minta ditanganin. Tapi nggak ada kesadaraan untuk memperbaiki dari diri sendiri. Udah aja lama-lama Jakarta tenggelam.


Ngomong-ngomong soal tenggelam, beliau jelasin juga nih kalau misalnya kenaikan muka laut mencapai 30-40 cm, Jakarta akan tenggelam. Dan menurut survei, kenaikannya sekarang udah mencapai 20 cm. Tahun 2008, ada 115 pulau hilang karena kenaikan laut. Hilang di sini maksudnya pada tenggelam. Ini penting nih buat orang-orang yang suka bangun apartemen atau gedung-gedung besar lainnya, baik yang di pesisir pantai maupun di tengah kota. Karena semakin banyak gedung besar, pori-pori tanah itu semakin ketarik. Terus air laut pada masuk, semacam rembes gitu. Akhirnya nggak heran deh kalau nanti gedung-gedung itu pada ambles, rubuh. Nah, yang paitnya lagi, bertebarannya gedung-gedung besar itu nggak diimbangin dengan jumlah lahan hijau. Akibatnya proyeksi penurunan lahan di Jakarta makin lama makin menurun. Tahun 1998, Jakarta masih punya lahan hijau yang jumlahnya masih lumayan. Tahun 2002, lahan hijaunya makin berkurang. Prediksi tahun 2015, kalau dilihat pake peta Jakarta, lahan hijau cuma bisa dilihat di bagian ujung bawah, sisanya merah semua alias bangunan. Prediksi tahun 2020, semuanya merah! Hadeh.


Selain proyeksi penurunan lahan, beliau juga jelasin tentang indeks kualitas lingkungan hidup. Kalau dilihat dari indeks kualitas lingkungan hidup tahun 2009, Jakarta ada di paling bawah. Gue kurang ngerti juga ini maksudnya apa. Tapi bisa jadi, maksudnya Jakarta punya kualitas lingkungan hidup yang rendah alias lingkungan hidupnya nggak berkualitas. Gitu kali ya kira-kira? Terus menurut grafik tutupan hutan tahun 2009, Jakarta lagi-lagi ada di posisi paling bawah dan yang paling atas ditempati oleh Bali. Gue juga makin nggak ngerti tutupan hutan itu apa. Mungkin yang paling sering menutup hutan alias menebang hutan. Mungkin loh ya.


Selain banjir, tanah dan gedung ambles, dan pulau tenggelam, ada juga beberapa konflik atau akibat dari kerusakan lingkungan lainnya, yaitu: poverty, hunger, illiteracy, insafe and unsustainable water supply, disease, urban and environmental degradation, energy supply, dan economic development. Itu apa? Ya googling aja lah ya gue juga nggak ngerti-ngerti amat hehe.


Nah, kalau di Bali, peran sains dan teknologi udah mulai berkembang dan dirasakan. Di sana ada alat yang bisa membuat sampah jadi energi. Tapi entah jadi energi apa gue nggak terlalu dengerin. Mulai bermunculan juga alat-alat canggih lainnya yang membuat sampah bahkan kotoran hewan jadi lebih bermanfaat. Kalau nggak salah, di Jakarta dan kota-kota lain juga udah banyak teknologi macam begini. Iya nggak sih? Oh iya, nggak cuma sampah. Ada sedikit info juga nih tentang asap kendaraan. Jadi ternyata untuk menghilangkan 1 unit gas CO dibutuhkan 4 unit gas O2 kalau nggak salah. Sebagai pengendara motor, sempet sih kepikiran. Tapi ya mau gimana lagi. Susah kalau udah ngomongin kendaraan karena kalau menurut gue pribadi itu udah jadi kebutuhan.


***

Yep, gitu deh kira-kira ilmu yang gue dapet dari seminar nasional kemarin. Intinya, manfaatkan teknologi sebaik mungkin. Secanggih apapun itu, jangan lupakan fungsi buku. Buku tetap punya makna dan manfaat tersendiri. Terus mulai deh dari sekarang buang sampah pada tempatnya. Jangan meraung-raung minta dibenahi, tapi coba benahi dulu pake tangan kita sendiri. Lahan hijau juga udah mulai berkurang, jadi sekalinya ada ya jangan dirusak, pelihara, demi keamanan dan kenyamanan di masa sekarang dan yang akan datang. Dan seperti biasa, memahami teori emang jauh lebih mudah daripada prakteknya. Tapi jangan lupa, di mana ada niat, di situ ada jalan. Tjakep!

You Might Also Like

0 komentar